Sabtu, 10 Desember 2011

Masyarakat Pendukung Kebudayaan Indis

  1. Struktur Masyarakat dan Hidupnya
  • Kehadiran bangsa Belanda sebagai penguasa di Pulau Jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan yaitu kebudayaan Eropa (Belanda) dan kebudayaan Timur (Jawa).
  • Akibat pertemuan kebudayaan tersebut, lambat laun pengaruh kebudayaan Eropa semakin besar dan mempengaruhi berbagai bidang dan unsur universal budaya utama (seven cultural universals) yang dimiliki suku Jawa.
  • Kekuasaan yang berdaulat oleh pemerintahan kolonial menimbulkan perubahan struktur masyarakat Jawa.
  • Burger menyebutkan adanya lima golongan masyarakat baru, yaitu:
  1. Golongan Pamong Praja bangsa Belanda.
  2. Golongan pegawai Indonesia baru.
  3. Golongan pengusaha partikelir Eropa.
  4. Golongan yang terdiri dari akademisi Indonesia (sarjana hukum, insinyur, dokter, guru, ahli pertanian, dan ilmu-ilmu lainnya).
  5. Golongan menengah Indonesia, yaitu para pengusaha yang mempunyai usaha di bidang perniagaan dan kerajinan (disebut wong cilik).
  • Stratifikasi masyarakat Hindia Belanda menurut Sartono Kartodirdjo adalah:
  1. Elite birokrasi yang terdiri dari Pangreh Praja Eropa dan Pangreh Praja Pribumi.
  2. Priyayi birokrasi termasuk priyayi ningrat.
  3. Priyayi profesional (dibagi dua, priyayi gedhe dan priyayi cilik).
  4. Golongan Belanda dan golongan Indo yang secara formal masuk status Eropa dan mempunyai tendensi kuat untuk mengidentifikasikan diri dengan pihak Eropa.
  5. Orang kecil (wong cilik) yang tinggal di kampung.
  • Kriteria kedudukan seseorang keturunan Eropa di Hindia Belanda adalah tempat seseorang dilahirkan (di negeri Belanda atau Hindia Belanda).
  • Indikator Kebudayaan Indis:
  • Bagian dari masyarakat Jawa.
  • Religi Kristiani yang dipengaruhi oleh tradisi Jawa.
  • Kebudayaan Indis merupakan percampuran atau perpaduan kebudayaan masyarakat Jawa (kebudayaan Timur) dengan kebudayaan Belanda (kebudayaan Barat) yang didukung oleh segolongan masyarakat Hindia Belanda. Perpaduan kebudayaan tersebut disebabkan oleh perkawinan silang antara bangsa Belanda (orang-orang militer, pedagang, dan pejabat Kompeni) dengan perempuan pribumi. Anak hasil keturunan perkawinan tersebut di sebut Indo. Golongan Indo adalah pendukung kuat kebudayaan Indis. Indo sebagai golongan keturunan (Indo Eropa/Belanda) memilki gaya hidup dan cara berpikir gaya Indis yang cenderung ke kebudayaan Eropa.
  • Anak keturunan hasil perkawinan silang/golongan keturunan merasa berbeda dengan rakyat kebanyakan di Jawa sehingga diperlakukan aspirasi-aspirasi bersama untuk menciptakan lingkungan hidup yang dirasa martabatnya terletak di “antara” kedua lingkup budaya (yaitu Belanda dan pribumi) sebagai “pencerminan perwujudan” sekelompok golongan masyarakat di Hindia Belanda dengan gaya hidupnya yang disebut “Indis”.
  • Faktor penentu dalam perkembangan pola hidup gaya Indis ialah antara lain:
  1. Adanya nasib dan penderitaan yang sama sebagai rakyat jajahan.
  2. Karena takdir dilahirkan dari campuran Eropa dan Jawa.
  3. Keinginan untuk dapat hidup lebih baik dari golongan masyarakat lain. Dengan demikian, golongan keturunan tidak bersedia tinggal di kampung, karena kampung dianggap sebagai tempat tinggal orang kecil (wong cilik) serta membentuk kelompok-kelompok tersendiri dengan gaya hidup Indis seperti menempati rumah-rumah dalam bentuk rumah Eropa.
  4. Karena mengabdi dan bekerja pada penguasa jajahan.
  5. Beruntung karena mendapatkan pendidikan yang tinggi dan jabatan tinggi.
  • Golongan masyarakat yang dahulu hidupnya tergolong mewah di bawah kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda, pada masa pendudukan Jepang kemudian kehidupan golongan masyarakat yang disebut Indis ini menjadi goyah dan merana. Peradaban Indis tidak lagi menjadi kebanggaan sebagai suatu golongan masyarakat dan sangat dimusuhi pada zaman Jepang dan revolusi fisik, tetapi telah melebur.

  1. Kebudayaan Indis
Wujud” dan “isi” kebudayaan yang terjadi dalam proses akulturasi kebudayaan Jawa dan Eropa sekurang-kurangnya ada tiga macam, yaitu:
  1. berupa sistem budaya (cultural system) yang terdiri dari gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai, norma, pandangan, undang-undang, dan sebagainya yang berbentuk abstrak, yang dimiliki oleh pemangku kebudayaan yang bersangkutan merupakan ide-ide (ideas).
  2. berbagai aktivitas (activities) para pelaku seperti tingkah laku berpola, upacara-upacara yang wujudnya konkret dan dapat diamati yang disebut social system atau sistem kemasyarakatan yang berwujud “kelakuan”.
  3. berwujud benda (artifacts), yaitu benda-benda, baik dari hasil karya manusia maupun tingkah lakunya yang berupa benda, yang disebut material culture atau “hasil karya kelakuan”.

Adapun “isi” kebudayaan di dunia menurut para antropolog ada tujuh unsur universal kebudayaan yang dimiliki semua bangsa di dunia, baik pada kebudayaan suku-suku bangsa terisolasi dan sederhana maupun bangsa yang besar, kompleks, dan maju. “Isi” kebudayaan Belanda yang datang memperkaya kebudayaan Indonesia yang terdiri atas tujuh unsur budaya universal ialah:
  1. bahasa (lisan maupun tertulis),
  2. peralatan dan perlengkapan hidup manusia (antara lain pakaian, rumah, senjata, alat transportasi, alat produksi, dan sebagainya),
  3. mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, dan sebagainya),
  4. sistem kemasyarakatan (seperti organisasi politik, sistem kekerabatan, sistem hukum, sistem perkawinan, dan sebagainya),
  5. kesenian (seni rupa, seni sastra, seni suara, seni gerak, dan sebagainya),
  6. ilmu pengetahuan, dan
  7. religi.

0 komentar:

Posting Komentar