Menurut Hasan Mustafa, sosialisasi adalah sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Peran sosialisasi dalam kehidupan manusia sangat penting, antara lain mampu memberikan dasar bagi manusia untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu melestarikan kehidupan masyarakat itu sendiri. Tanpa adanya sosialisasi, mustahil manusia untuk mengembangkan kehidupan sosial dengan sesamanya. Sementara itu, tanpa adanya sosialisasi nilai-nilai budaya maka generasi penerus akan kesulitan menemukan identitas budayanya.
Ada beberapa syarat terjadinya sosialisasi, antara lain sebagai berikut. Pertama, secara biologis memungkinkan manusia untuk selalu mengadakan pembelajaran. Ia lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Sosialisasi manusia senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan biologisnya. Kedua, lingkungan yang baik juga akan mempermudah manusia dalam bersosialisasi. Sosialisasi dilakukan manusia sejak ia dilahirkan di dunia. Semenjak bayi, manusia telah hidup dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu, fungsi sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi yang ada dalam masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya agar mereka dapat segera berpartisipasi di dalamnya. Artinya, yang disosialisasikan oleh manusia adalah kebudayaan yang berintikan nilai yang berkaitan dengan hal baik dan buruk serta norma yang berkaitan dengan aturan baku yang harus dipatuhi manusia. Sosialisasi bisa berlangsung karena peran institusi, media massa, individu, dan kelompok.
Dikenal dua pola sosialisasi, yaitu:
- Sosialisasi represif, di mana kebijakan orang tua berupa hukuman terhadap kesalahan anak serta lebih menekankan kepada kepatuhan anak kepada orang tua dan keinginan orang tua terhadap anak.
- Sosialisasi partisipatif, di mana akan menjadi pusat sosialisasi, keutuhan anak menjadi penting.
Ada tiga teori yang menjelaskan proses pembelajaran dalam sosialisasi.
- Teori pembelajaran sosial (social learning theory)
Menurut B.F. Skinner (1953), proses pembelajaran sosial bisa dilakukan dengan mengkondisikan. Orang tua yang menginginkan anaknya taat dan patuh, bisa mengkondisikan keadaan di lingkungan rumahnya dengan memberi contoh, menasihati, memuji, atau memberi hukuman. Menurut Albert Bandura, proses pembelajaran dalam sosialisasi bisa dilakukan dengan meniru perilaku orang lain. Anak bisa berperilaku disiplin dengan meniru kedisiplinan yang diterapkan kedua orang tuanya.
- Teori perkembangan individu (developmental theory)
Menurut Erik Ericson (1950), dalam sosialisasi ada delapan tahap perkembangan: rasa percaya pada lingkungan, kemandirian, inisiatif, kemampuan psikis dan pisik, identitas diri, hubungan dengan orang lain secara intim, pembinaan keluarga/keturunan, penerimaan kehidupan.
- Teori interaksi simbolis (symbolic interaction theory)
Inti dari teori ini adalah memusatkan pada kajian tentang bagaimana individu menginterpretasikan dan memaknakan interaksi-interaksi sosialnya. Menurut Herbert Mead (1934) ada tiga proses tahapan pengembangan diri meliputi preparatory stage saat anak mencoba memberikan makna pada perilakunya, play stage saat anak mulai belajar berperan seperti orang lain, dan game stage saat anak melatih ketrampilan sosialnya.
Sumber: dikutip secara bebas dari tulisan Hasan Mustafa dalam
0 komentar:
Posting Komentar