- Rasional
Ketika sosiologi dan antropologi diajarkan sendiri-sendiri seringkali terjadi pengulangan karena banyaknya materi yang tumpang tindih. Hal itu membawa implikasi dalam berbagai topik pembelajaran, guru kesulitan untuk membedakan antara kajian sosiologi dan antropologi. Kalaupun dapat dibedakan, kajian antropologi terlalu abstrak bagi siswa sekolah menengah. Atas dasar itu kajian antropologi menjadi bagian dari sosiologi. Sejumlah persoalan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran sosiologi antara lain sebagai berikut:
- Terlalu menekankan kemampuan kognitif, khususnya kemampuan mengingat/ menghafal yang dalam prakteknya akan mematikan kreativitas anak.
- Metode pengajaran lebih menekankan proses deduktif dari pada proses induktif.
- Isi atau substansinya terlalu “tinggi”, terlalu teoretis, abstrak, dan terkesan mencakup terlalu banyak hal.
- Kurang memberi ruang bagi guru dalam mengembangkan materi untuk pendalaman terhadap komponen-komponen yang dianggap perlu.
- Kurang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan materi lokal sehingga muncul kesan bahwa belajar Sosiologi bukan belajar tentang kenyataan hidup sehari-hari melainkan belajar sesuatu yang sangat asing bagi siswa.
- Banyak materi Sosiologi yang tumpang-tindih dengan Antropologi. Hal ini makin menambah kebingungan guru-guru yang tidak memiliki dasar pengetahuan antropologi dan sosiologi yang memadai.
- Metode pembelajaran sangat monoton yang didominasi oleh ceramah satu arah, guru memperlakukan setiap aspek dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) sebagai satuan-satuan yang berdiri sendiri dan terpisah dari pokok bahasan induknya, padahal sesungguhnya setiap pokok bahasan dan topik yang dibahas merupakan suatu sistem yang masing-masing aspeknya saling terkait.
Persoalan tersebut memperkuat alasan untuk melakukan pembaruan dalam pembelajaran sosiologi . Di sisi lain, secara yuridis, arah kebijakan Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999 tentang pendidikan menyatakan bahwa pemerintah perlu melakukan pembaharuan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Perubahan kurikulum dilakukan melalui diversifikasi kurikulum yang bertujuan untuk melayani dan mengakomodasi keberagaman peserta didik, kondisi, kebutuhan dan potensi daerah. Untuk itu, dalam pengembangan kurikulum yang berdiversifikasi, perlu ditetapkan kurikulum sebagai acuan dan target pencapaian hasil belajar secara nasional.
Sesuai dengan pemikiran tersebut, dalam Peraturan Pemerintah RI No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom bab II pasal 2 ayat (3) untuk Bidang Pendidikan dan Kebudayaan dinyatakan bahwa kewenangan pemerintah antara lain:
- Menetapkan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya.
- Penetapan Materi Pokok pelajaran pokok.
- Penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, dan sekolah menengah.
Standar Kompetensi mata pelajaran Sosiologi ini adalah salah satu bentuk pengimplementasian kebijakan di atas. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, daerah atau sekolah perlu menjabarkan kurikulum berbasis kompetensi ini ke dalam bentuk silabus yang memuat target pencapaian secara nasional dan diperkaya dengan materi-materi lokal sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan potensi daerah. Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang sudah relatif lama berkembang di lingkungan akademis, secara teoritis idealnya sosiologi memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari masalah-masalah sosial-politik dan budaya yang berkembang di masyarakat. Karenanya, pengajaran Sosiologi perlu semakin tanggap dan sensitif terhadap perkembangan di masyarakat dan selalu siap dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada. Melihat masa depan masyarakat kita, Sosiologi semakin dituntut untuk tanggap terhadap isu globalisasi yang didalamnya mencakup demokratisasi, meliputi desentralisasi dan otonomi, penegakkan HAM, good governance (kepemerintahan yang baik), emansipasi, kerukunan hidup bermasyarakat dan masyarakat yang demokratis dengan cara:
- Menyeimbangkan antara fungsi pengambilan keputusan, fungsi pencerahan dari keterbatasan, keterkungkungan dan kemerosotan sosial (dehumanisasi).
- Lebih menekankan induksi dari pada deduksi.
- Melakukan penilaian yang seimbang antara kognisi, keterampilan, afeksi, yang diwujudkan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, dimulai dari mengenali, mengidentifikasi, menganalisis, memaparkan, menafsirkan, memahami, menjelaskan, mensikapi sampai mengkritisi.
Menjawab tantangan sekarang dan yang akan dihadapi di masa depan dalam pengembangan sumber daya manusia, maka perlu dilakukan peninjauan Kurikulum 1994 berdasarkan kompetensi dasar. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, pembelajaran sosiologi berperan sebagai wahana pengembangan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pemahamannya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari. Sebagai wahana pengembangan kemampuan siswa, materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata hidup bermasyarakat. Materi tersebut sekaligus menjadi pengantar bagi siswa-siswa yang berminat mendalami sosiologi lebih lanjut.
- Pengertian
Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, Sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
- Fungsi dan Tujuan
- Fungsi
Pengajaran Sosiologi di Sekolah Menengah berfungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa mengaktualisasikan potensi-potensi diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan status dan peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya yang terus mengalami perubahan.
- Tujuan
Tujuan pengajaran sosiologi di Sekolah Menengah pada dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan bersifat praktis. Secara kognitif pengajaran Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar Sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran sosiologi adalah sebagai berikut:
- sosiologi sebagai ilmu dan metode
- interaksi sosial
- sosialisasi
- struktur sosial
- kebudayaan
- perubahan sosial budaya
- Rambu-rambu
- Kurikulum berbasis kompetensi merupakan pedoman bagi pengembang kurikulum di daerah untuk menyusun silabus yang akan digunakan oleh guru dalam melaksanakan tugas mengelola proses belajar mengajar di sekolah.
- Pemahaman pengembang kurikulum di daerah terhadap kurikulum merupakan syarat mutlak agar dapat menyusun silabus sesuai dengan kebutuhan daerah.
- Dalam kurikulum berbasis kompetensi, metode dan sumber belajar yang digunakan tidak dicantumkan secara khusus agar guru dapat mengembangkan kurikulum secara optimal berdasarkan kompetensi yang harus dicapai dan disesuaikan dengan kondisi setempat. Dalam penggunaan sumber belajar, dianjurkan jangan menggunakan sumber yang seragam. Biarkan siswa menggunakan sebanyak mungkin referensi yang relevan. Ini bukan berarti siswa harus memiliki banyak buku, melainkan harus banyak baca buku.
- Penggunaan jam tatap muka diharapkan seefisien mungkin, terutama menyangkut hal-hal baru yang perlu diinformasikan secara klasikal, membantu siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui ketika mereka belajar mandiri, atau untuk melakukan konfirmasi tentang hal-hal yang belum dipahami sepenuhnya oleh siswa. Untuk pengembangan selanjutnya diupayakan agar siswa banyak belajar dari pengalaman sendiri, interaksi dengan teman sebaya, atau masyarakat saat berada di luar kelas.
- Pendekatan pembelajaran sosiologi adalah pendekatan pembelajaran aktif yang memfungsikan guru, siswa dan sarana belajar secara sinergi.
- Pendekatan pembelajaran ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Keseimbangan antara kognisi, keterampilan, afektif dan keseimbangan antara deduksi dan induksi.
- Penyajian materi perlu menggunakan ilustrasi (contoh, deskripsi, gambar) dan pemberian tugas secara aktif.
- Proses pembelajaran dilakukan dengan upaya memfasilitasi tumbuhnya dinamika kelompok di dalam kelas, sehingga terwujud siswa yang mandiri dalam belajar.
- Pengorganisasian materi pengajaran sosiologi berdasarkan struktur keilmuan.
- Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam mempelajari konsep-konsep sosiologi siswa dimungkinkan untuk mencari, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi tentang masyarakat, budaya, lingkungan, dan perubahannya dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Para siswa dapat membaca buku, majalah, atau surat kabar yang memuat tulisan atau artikel mengenai masalah yang berkaitan dengan masyarakat, budaya, lingkungan, dan perubahannya. Untuk memahami posisi tulisan atau artikel tersebut serta untuk memahami kebijakan apa yang ditawarkan untuk memecahkan masalah, tentu saja para siswa harus membacanya dengan seksama dan tidak cukup satu kali. Bawalah bahan-bahan yang diperoleh ke kelas. Beritahukanlah bahan-bahan tersebut kepada guru dan teman sekelas.
Para siswa juga dapat didorong untuk mencari dan mendengarkan laporan berita pada televisi atau radio yang berkenaan dengan masalah masyarakat, budaya, lingkungan, dan perubahannya serta kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah tersebut. Bawalah informasi tersebut ke kelas untuk diberitahukan kepada guru dan teman sekelas.
- Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas X, Semester 1
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
1. Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat | 1.1 Menjelaskan fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan 1.2 Mendeskripsikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat 1.3 Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial |
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian | 2.1 Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian 2.2 Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial 2.3 Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat |
Kelas XI, Semester 1
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
1. Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial | 1.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan 1.2 Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat 1.3 Menganalisis hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas sosial |
Kelas XI, Semester 2
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
2. Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural | 2.1 Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 2.2 Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 2.3 Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural |
Kelas XII, Semester 1
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
1. Memahami dampak perubahan sosial | 1.1 Menjelaskan proses perubahan sosial di masyarakat 1.2 Menganalisis dampak perubahan sosial terhadap kehidupan masyarakat |
2. Memahami lembaga sosial | 2.1 Menjelaskan hakikat lembaga sosial 2.2 Mengklasifikasikan tipe-tipe lembaga sosial 2.3 Mendeskripsikan peran dan fungsi lembaga sosial |
Kelas XII, Semester 2
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar |
3. Mempraktikkan metode penelitian sosial | 3.1 Merancang metode penelitian sosial secara sederhana 3.2 Melakukan penelitian sosial secara sederhana 3.3 Mengkomunikasikan hasil penelitian sosial secara sederhana |
0 komentar:
Posting Komentar